WahanaNews-Bengkulu | PT PLN (Persero) terus berkomitmen mewujudkan transisi energi untuk mencapai target net zero emission pada tahun 2060. Hal ini dibuktikan lewat peta jalan (roadmap) pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) hingga 3,5 Gigawatt (GW) yang telah diluncurkan.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan jumlah tersebut lebih besar dari pensiun alami sesuai umur ekonomis pembangkit batubara sebesar 3,2 GW pada tahun 2040. Selain pensiun dini, PLN juga telah mengurangi kapasitas PLTU di dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dari 27 GW menjadi 13,9 GW.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Imbau Konsumen Percayakan Perbaikan dan Pemasangan Instalasi Listrik pada Ahlinya
"Kami di PLN berkomitmen mendukung program pemerintah untuk mewujudkan energi bersih. Oleh karena itu PLN mengambil langkah yang cepat," ujar Darmawan dalam keterangan tertulis, Selasa (1/11/2022).
Baca Juga:
Energi Hijau Jadi Primadona, PLN Siapkan Solusi untuk Klien Raksasa Dunia
Salah satu upaya PLN untuk menurunkan penggunaan batu bara pada pembangkit yakni dengan mengganti sebagian batu bara dengan biomassa atau co-firing. Skema ini telah diimplementasikan di 33 PLTU dari 48 pembangkit yang tengah diuji coba.
Tidak hanya itu, skema co-firing dengan hidrogen dan amonia juga diterapkan. Saat ini, sudah ada 3 pilot project co-firing hidrogen dan amonia dengan menggandeng 3 mitra yang berbeda.
Selanjutnya, PLN juga mengembangkan Carbon Capture and Storage (CCS) sehingga bisa menjadi teknologi penyerap emisi karbon dalam jumlah yang besar. Dalam pengembangan ini, PLN telah menggandeng 3 mitra yakni Institut Teknologi Bandung (ITB), Inpex dan Medco Energi.
Selain itu, PLN juga akan mempercepat pembangunan pembangkit energi baru terbarukan (EBT). Dalam RUPTL 2021-2030, tambahan pembangkit energi baru terbarukan mencapai 20,9 GW atau porsinya akan mencapai 51,6 persen dari total kapasitas pembangkit baru.
Lalu ada juga pengembangan teknologi Smart Grid & Control System. Sistem ini bakal meningkatkan efisiensi sekaligus mengurangi emisi melalui digitalisasi pada setiap lini proses bisnis PLN.
Berikutnya, PLN memberikan layanan sertifikat EBT atau Renewable Energy Certificate (REC) sebagai salah satu fasilitas yang bisa digunakan berbagai pemangku kepentingan seperti BUMN, pemerintahan, bisnis hingga industri untuk sama-sama menggunakan EBT. Hampir 1 Terawatt hour (TWh) REC telah terjual ke berbagai sektor bisnis dan industri dengan jumlah 233 konsumen.
Lebih lanjut, PLN juga terus berupaya mengembangkan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Salah satunya dengan pengembangan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). Saat ini, lebih 240 SPKLU sudah terbangun, di mana 15 mitra siap berkolaborasi untuk mempercepat pengembangan SPKLU ini.
"Pada intinya, kerja keras yang dilakukan PLN bukan hanya generasi saat ini saja, tapi untuk generasi anak cucu kita. Maka itu, PLN mengajak semua pihak untuk berkolaborasi dalam transisi energi bersih ini," pungkasnya.[ays]