WahanaNews-Bengkulu| Seekor gajah sumatera [Elephas maximus sumatranus] berkalung GPS Collar, ditemukan mati di Hutan Produksi [HP] Air Rami, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, Selasa [13/09/2022].
Tim Patroli Konsersium Bentang Alam Seblat yang langsung ke lokasi, hanya mendapati tulang- belulang dan tengkorak kepala saja.
Baca Juga:
Zimbabwe dan Namibia Terpaksa Bantai Ratusan Gajah untuk Atasi Krisis Pangan
Ali Akbar, Penanggung Jawab Konsorsium Bentang Alam Seblat menjelaskan, data GPS Collar mulai tidak bergerak di titik posisi gajah mati sejak Sabtu, 20 Agustus 2022.
“Gajah betina dengan usia sekitar 35 tahun ini merupakan gajah istimewa. Dia dikalungi GPS Collar sejak dua tahun lalu oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung guna mendeteksi jalur dan keberadaannya.” kata Penanggungjawab Konsorsium Bentang Seblat, Ali Akbar, Jumat (16/9/2022).
Rentan waktu Tahun 2018 sampai 2021 ada 3 ekor gajah ditemukan mati di Kawasan bentang alam seblat. Temuan pertama di sekitar tahun 2021, dan terakhir sekitar 3 hari yang lalu tepatnya tanggal 13 September 2022.
Baca Juga:
Penggerakan Tim BKSDA Aceh dalam Penghalauan Gajah Perusak Rumah dan Kebun Penduduk
Said Jauhari, Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Bengkulu mengatakan, tim langsung ke tempat kejadian perkara [TKP].
“Kami cek lokasinya,” terangnya, Rabu [14/09/2022].
Dony Gunaryadi, Ketua Forum Konservasi Gajah Indonesia [FKGI] melalui keterangan tertulis menyatakan, sangat menyesali kejadian itu. Gajah berkalung GPS Collar yang seharusnya membantu mendeteksi konflik antara manusia dengan gajah, nyatanya ditemukan mati di wilayahnya sendiri.
Temuan ini menandakan, upaya hebat harus dilakukan untuk melestarikan gajah sumatera. “Penyebab kematian harus diusut tuntas,” paparnya.[ays]