BENGKULU.WAHANANEWS.CO, Agam - Bencana banjir bandang dan longsor di Kabupaten Agam telah menoreh luka mendalam pada sektor pendidikan. Hancurnya infrastruktur dan hilangnya tenaga pengajar serta siswa membuat masa depan pendidikan di sejumlah nagari kini terancam.
Menurut data terkini, sebanyak 102 satuan pendidikan dari tingkat TK hingga SMP dilaporkan rusak berat akibat gedung hancur, ruang kelas tertimbun material longsor, atau bahkan terhanyut. Dampaknya luar biasa: banyak murid kini terpaksa berhenti belajar karena tidak ada bangunan aman untuk menampung mereka.
Baca Juga:
Kemenkes Buka 150 Prodi Spesialis untuk Pemerataan Dokter di 514 Kabupaten/Kota
Lebih memilukan, korban jiwa turut tercatat. Sedikitnya 26 guru dan siswa meninggal dunia, sejumlah tenaga pendidik dinyatakan hilang, sementara sebagian lainnya sempat terisolasi akibat terputusnya jalur darat.
Di kawasan terpencil seperti Nagari Sungaibatang, Kecamatan Tanjung Raya - salah satu wilayah paling parah terdampak - akses darat terputus total. Bantuan dan evakuasi hanya bisa dilakukan melalui jalur air mengarungi Danau Maninjau.
“Saya tak sangka sekolah kami bisa hilang begitu saja. Banyak teman sekelas saya sekarang tidak tahu mau sekolah di mana,” ungkap Sepri, siswa SMP di Sungaibatang, dengan mata sembab saat ditemui tim relawan.
Baca Juga:
Teken MoU, KND-UNIAS Pastikan Akses Pendidikan Layak bagi Mahasiswa Disabilitas
Pemerintah daerah bersama lembaga pendidikan se-Nagari kini tengah berupaya mencari solusi darurat. Beberapa opsi yang dibicarakan: kelas darurat, penggabungan siswa ke sekolah terdekat di nagari lain, atau pemanfaatan bangunan masyarakat sebagai tempat belajar sementara.
Namun, situasinya jauh dari ideal. Banyak orang tua enggan mengirim anaknya ke sekolah jauh karena kondisi jalan yang masih rusak parah. Pemerintah dari pusat pun tengah dipanggil untuk memprioritaskan pemulihan infrastruktur pendidikan di Agam agar generasi muda tak kehilangan hak belajar akibat bencana.
Bencana Agam kini bukan hanya soal hilangnya rumah dan harta benda. Bagi ribuan anak dan tenaga pendidik, ini adalah pukulan berat terhadap masa depan mereka.