BENGKULU.WAHANANEWS.CO, Jakarta – Kasus influenza melonjak tajam di penghujung tahun 2025 dan memicu kewaspadaan global. Di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, hingga sejumlah wilayah Eropa, flu muncul lebih awal dari musim biasanya dan menyebar dengan cepat. Fenomena ini kemudian dikenal luas dengan istilah “super flu.”
Di Amerika Serikat saja, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mencatat sekitar 4,6 juta kasus influenza, dengan 49.000 pasien harus dirawat di rumah sakit, serta 1.900 kematian hingga pertengahan Desember 2025. Sebanyak 16 negara bagian bahkan masuk kategori penularan tinggi hingga sangat tinggi.
Baca Juga:
Super Flu yang Heboh di Akhir tahun: Bukan Virus Baru, Tapi Lebih Cepat Menyebar dan Lebih Menguras Tubuh
Negara Bagian New York menjadi salah satu wilayah paling terdampak. Dalam satu pekan, lebih dari 71 ribu kasus flu positif tercatat, angka tertinggi sepanjang sejarah pencatatan setempat.
Meski disebut “super”, para ahli menegaskan bukan berarti virus baru yang sepenuhnya berbeda. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan lonjakan kasus influenza yang datang lebih cepat, menyebar lebih luas, dan terjadi dalam waktu singkat.
Penyebab utama lonjakan ini diduga kuat berkaitan dengan virus influenza A (H3N2) varian subclade K, mutasi dari virus flu yang telah lama beredar di dunia.
Baca Juga:
Super Flu Muncul di Akhir 2025, Dunia Kembali Waspada
[Redaktur: Ramadhan HS]