"Untuk barang modal tumbuhnya cukup tinggi 30,68 persen. Kemudian bahan baku 33,44 persen, dan barang konsumsi 11,77 persen," kata Margo Yuwono.
Menurut dia, tumbuhnya impor barang modal seperti dua sisi mata uang, di mana satu sisi akan meningkatkan permintaan agregat pada komponen pembentukan modal tetap bruto, namun di sisi lain pada sektor suplai akan mampu meningkatkan kapasitas produksi.
Baca Juga:
BPS Kalimantan Barat: Jumlah Tenaga Kerja Agustus 2024 Capai 3,01 Juta
"Meningkatnya bahan baku impor itu mengindikasikan kegiatan ekonomi di dalam negeri yang menggunakan barang impor juga mengalami peningkatan dan barang konsumsi juga mengindikasikan bahwa pendapatan masyarakat meningkat dengan meningkatnya impor barang konsumsi," ujarnya.
Kemudian dari sisi suplai dan konsumsi terlihat, penjualan mobil penumpang juga tumbuh 45,95 persen (Gaikindo). Lalu, jumlah penumpang angkutan udara juga meningkat 58,13 persen.
Selain itu jumlah wisatawan mancanegara yang datang melalui pintu masuk utama juga tumbuh impresif, mencapai 228,24 persen. Di sisi lain penerimaan PPh Pasal 21 tumbuh 18,8 persen, di mana hal itu mengindikasikan bahwa laba perusahaan semakin meningkat sehingga pungutan pajak bagi pegawai juga semakin meningkat.
Baca Juga:
Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka di Jakarta Sebesar 0,32 Persen
"Ini juga indikasi bahwa pendapatan masyarakat juga mengalami peningkatan," ujar Margo.
Kemudian, penerimaan PPh Badan tumbuh 136 persen. yang menandakan bahwa aktivitas ekonomi menggeliat di triwulan I-2022.
Margo menambahkan, pada sisi lain, seiring dengan membaiknya kondisi Covid-19, belanja barang dan bantuan sosial khususnya untuk penanganan Covid-19 dan masyarakat yang terdampak mengalami penurunan, masing-masing 33,99 persen dan 30,22 persen.[gab]