WahanaNews-Bengkulu | Pemerintah menargetkan pembangunan 10 proyek infrastruktur prioritas selesai tahun ini. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Konferensi Tingkat Tinggi Brunei-Indonesia-Malaysia-the Philipipines East ASEAN Growth Area (KTT BIMP-EAGA) ke-14 menyatakan proyek ini akan mendukung peningkatan keterhubungan, perdagangan, dan efisiensi logistik.
Airlangga juga menyebut jika proyek ini juga bisa meningkatkan daya saing Indonesia. Dalam PIPs, negara-negara BIMP-EAGA sepakat untuk mengimplementasikan proyek-proyek infrastruktur senilai US$21,4 miliar yang terdiri dari proyek bandar udara, pelabuhan, jalan, jembatan, kereta-api, dan lain-lain.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Dia menyebutkan temuan awal dari Mid-Term Review Visi 2025 menunjukkan bahwa Indonesia berada di jalur yang tepat untuk memenuhi target di 2025.
Temuan lain juga menunjukkan kerja sama BIMP-EAGA tetap relevan, dinamis dan responsif terhadap target, walaupun berada pada kondisi pandemi krisis COVID-19.
Beberapa proyek yang menjadi perhatian dari Indonesia antara lain pengembangan pelabuhan Manado, penyelesaian beberapa ruas jalan tol, interkoneksi listrik Sarawak-Kalimantan Barat.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Isu lain yang diangkat adalah transformasi digital yang inklusif dengan mempercepat e-commerce, digitalisasi UMKM, memperkuat ekosistem perusahaan rintisan (start-up), industri kreatif, dan peningkatan keterampilan tenaga kerja.
"Yang tak kalah penting adalah mengembangkan kerangka pemulihan pariwisata, investasi hijau, dan mempromosikan energi baru dan terbarukan (EBT) menuju keberlanjutan dan ketahanan ekonomi," jelas Airlangga dalam keterangan resmi, Sabtu (30/10/2021).
Airlangga juga menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (KTT IMT-GT) dan membahas beberapa perkembangan penting dalam IMT-GT. Yaitu dalam hal ekonomi makro untuk memastikan soal perkembangan pariwisata dan perdagangan, meningkatkan investasi, serta mengatasi pengangguran setelah masa pandemi COVID-19.
Kemudian, untuk Proyek Konektivitas Prioritas (PCPs) yang merupakan proyek-proyek prioritas untuk mendukung konektivitas antar wilayah dan juga mendukung pertumbuhan ekonomi. Proyek-proyek ini meliputi jalan, pelabuhan, bandara maupun ICT.
Untuk menjamin keberlanjutan dan keterhubungan antarwilayah dalam kerja sama IMT-GT maka dilakukan dengan pendekatan koridor ekonomi. Saat ini, terdapat 5 Koridor Ekonomi yang menghubungkan poin-poin utama antar daerah di ketiga negara.
Untuk meningkatkan keterhubungan di ketiga wilayah maka diusulkan penambahan 1 koridor baru yang akan difokuskan melalui keterhubungan laut.
"Ke depan, proyek-proyek yang ada dalam kerja sama akan diarahkan untuk mendukung poin-poin dalam koridor ekonomi yang ada," jelas Airlangga.
Airlangga menambahkan, salah satu yang akan didorong adalah mengembalikan travel koridor bagaimana menggunakan Vaccine Travel Lane (VTL).
"Menteri Thailand sudah membuat regulatory sandbox jika yang pergi ke Phuket tidak perlu dikarantina, terlihat pada jumlah turis dan devisa yang dihasilkan meningkat. VTL menjadi suatu standar baru yang bisa mendorong pemulihan di sektor pariwisata. Protokol travel bubble dan VTL ini menjadi hal yang dibahas di level ASEAN," jelas dia.
Kerja sama ekonomi IMT-GT melibatkan beberapa provinsi dari ketiga negara (Indonesia-Malaysia-Thailand) yang secara geografis berdekatan.
Untuk Indonesia, provinsi yang masuk dalam lingkup kerja sama IMT-GT adalah 10 provinsi di pulau Sumatera, sementara di Malaysia adalah 8 negara bagian di Semenanjung, dan Thailand sebanyak 14 provinsi di Thailand bagian selatan.
Kerja sama IMT-GT mencakup tujuh bidang utama yaitu pariwisata, perdagangan dan investasi, transportasi, pertanian, lingkungan, sumber daya manusia serta kerja sama bidang halal. Kerja sama IMT-GT ini juga merupakan building block dari kerjasama ASEAN.
Dalam KTT IMT-GT ke-13, Presiden Jokowi menekan supaya tiga negara yang tergabung di dalamnya memperkuat komitmen bersama agar pelaksanaan Cetak Biru IMT-GT 2022-2026 dapat berjalan baik dan berkontribusi pada pemulihan ekonomi.
Tahun ini merupakan tahun terakhir implementasi Cetak Biru IMT-GT 2017-2021, dan hasilnya membuktikan bahwa kerja sama IMT-GT telah mendorong pembangunan ekonomi dan memperkecil kesenjangan pembangunan di subkawasan.
Saat ini, terdapat 14 proyek konektivitas prioritas yang telah dapat diselesaikan, yaitu 5 proyek di Indonesia, 3 proyek di Malaysia dan 6 proyek di Thailand. Namun, pandemi Covid-19 tak ayal menjadi tantangan besar dalam mempersiapkan Cetak Biru 2022-2026.
Cetak Biru tahap 2 periode 2022-2026 ditekankan pada pendekatan proyek atau program yang lebih konkret. Tercapat 5 strategi yang dikedepankan dalam Cetak Biru 2022-2026 yaitu Pendekatan koridor ekonomi dan integrasi regional, Mendorong partisipasi sektor swasta, Mendukung pertumbuhan yang inklusif, Mengadopsi perkembangan ekonomi hijau, biru dan ekonomi sirkular, dan Menyesuaikan kelembangan yang bersifat lintas sektoral.
Meski demikian, saat ini angka penyebaran virus Covid-19 sudah mulai dapat ditekan dan pemulihan ekonomi juga sudah mulai tampak.
Oleh karena itu, komitmen agar pelaksanaan cetak biru 2022-2026 dapat berjalan baik dan berkontribusi pada pemulihan ekonomi harus terus ditingkatkan mengingat PDB IMT-GT telah meningkat 20% pada periode 2015-2019.
"Dalam periode tersebut, Indonesia telah mencoba berkontribusi antara lain melalui pembangunan konektivitas fisik subkawasan senilai US$17,9 miliar dan dukungan proyek-proyek antara lain Bengkulu Digital and Tourism Village, Aceh Investment Sport, Batam Green City Initiative, dan sejumlah proyek-proyek lainnya," ujar Presiden.
Untuk itu, Presiden menekankan tiga hal yang perlu dilakukan. Pertama, pentingnya percepatan pembangunan infrastruktur baik berupa hard infrastructure maupun soft infrastructure.
Kedua, mendukung ketahanan pangan dan energi. Dan ketiga, mempercepat transformasi ekonomi digital termasuk untuk sektor UMKM, supaya mereka masuk ke pasar digital. [non]