BENGKULU.WAHANANEWS.CO, Seluma - Penolakan terhadap rencana pembukaan tambang emas di kawasan Hutan Bukit Sanggul, Kabupaten Seluma, semakin meluas. Sejak Sabtu hingga Minggu, sejumlah rumah warga memasang spanduk penolakan sebagai bentuk protes dan kekhawatiran terhadap dampak lingkungan yang dianggap mengancam kehidupan masyarakat adat di wilayah tersebut.
Warga menilai pembukaan tambang emas berpotensi menimbulkan kerusakan ekosistem, hilangnya sumber mata pencaharian, serta mengancam keberadaan lima mata air sungai besar yang selama ini menjadi tumpuan ribuan petani.
Baca Juga:
Buntut Penutupan Tambang di Parung: Tak Hanya Jakarta, Pengusaha Bogor Juga Mengeluh
“Kami tidak ingin kampung kami rusak akibat dampak tambang emas yang luasnya puluhan ribu hektar. Itu akan merusak kehidupan kami dan ribuan petani pengguna air sungai,” ujar Rejon Saputra Regiono, salah satu warga yang ikut dalam aksi penggalangan penolakan, Jumat (5/12/2026).
Masyarakat juga mengaku belum mendapat jaminan keselamatan dari pemerintah maupun pihak perusahaan terkait risiko pengelolaan tambang emas di kawasan dekat permukiman itu.
Melalui aksi pemasangan spanduk, warga menyampaikan dua tuntutan utama:
Baca Juga:
Bahlil Sebut Hilirisasi Harus Berkeadilan, Sesuai Sila ke-5 Pancasila
1. Menolak rencana pembukaan tambang emas di kawasan Hutan Bukit Sanggul, Kabupaten Seluma.
2. Memohon kepada Pemerintah Kabupaten Seluma dan Pemerintah Provinsi Bengkulu untuk membatalkan dan/atau menolak rencana tersebut.
Selain menyampaikan aspirasi di media sosial, warga bersama tokoh adat juga mengirimkan surat terbuka kepada Presiden RI, meminta pemerintah pusat turun tangan mencegah konflik agraria yang berpotensi muncul di kemudian hari.
Aksi ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga ada kepastian pemerintah menghentikan rencana eksploitasi tambang emas Bukit Sanggul. Warga berharap pemerintah lebih mengutamakan masa depan lingkungan dan masyarakat lokal ketimbang eksploitasi sumber daya alam yang dapat merusak ruang hidup mereka.
(Telah terbit di Tribun Group, diolah kembali oleh redaktur)