BENGKULU.WAHANANEWS.CO, Aceh - Kunjungan kerja Presiden Prabowo Subianto ke Provinsi Aceh pada Jumat (12/12/2025) tidak hanya menjadi momen evaluasi pemulihan pascabanjir dan longsor, tetapi juga mencuat sebagai ruang aspirasi keras dari warga terdampak.
Prabowo tiba di Kabupaten Aceh Tamiang dan Aceh Tengah untuk langsung melihat kondisi lapangan serta menyerap keluhan masyarakat di pengungsian. Lokasi kunjungan itu merupakan salah satu yang terdampak paling parah dari banjir bandang yang menimpa beberapa wilayah di Sumatra Akhir November 2025.
Baca Juga:
Tinjau Dampak Banjir, Presiden Prabowo Kunjungi Warga Terdampak di Aceh Tamiang
Permintaan Maaf Presiden: Listrik Masih Belum Menyala Merata
Dalam dialog terbatas dengan pengungsi, Presiden Prabowo menyampaikan permintaan maaf secara terbuka karena pasokan listrik di beberapa titik masih belum pulih sepenuhnya setelah bencana. Ia juga menegaskan komitmen pemerintah untuk terus mempercepat upaya pemulihan kebutuhan dasar warga, termasuk listrik, air bersih, logistik, dan layanan telekomunikasi.
“Kita sedang bekerja sebaik mungkin meski medan dan kondisi teknis di lapangan sangat berat. Saya minta kesabaran dari saudara-saudara semua,” ujar Prabowo di salah satu posko pengungsian.
Baca Juga:
Usai Tuntaskan Lawatan Luar Negeri, Presiden Prabowo Kembali Tinjau Sejumlah Wilayah Terdampak Bencana
Munculnya Protes: “Bahlil Penipu!”
Kunjungan Presiden juga diwarnai seruan keras dari warga korban bencana. Dalam momen ketika Presiden bertatap muka dengan pengungsi di Aceh Tamiang, sejumlah warga terdengar meneriakkan “Bahlil penipu!” - merujuk pada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia.
Kritik itu muncul buntut dari laporan yang sebelumnya disampaikan Bahlil kepada Presiden dan sejumlah pihak bahwa pemulihan listrik di Aceh telah mencapai 93 persen, padahal banyak wilayah masih hidup dalam kegelapan pascabanjir.
Pernyataan tersebut memicu kekecewaan warga karena kondisi di lapangan dinilai belum sesuai dengan klaim perbaikan yang diumumkan sebelumnya - terutama di daerah-daerah terpencil dan wilayah pemutusan jaringan.
Reaksi Pejabat: Klarifikasi dan Penjelasan Teknis
Menanggapi protes dan sorotan publik, Bahlil memberi klarifikasi bahwa angka yang dilaporkan merujuk pada persentase pemulihan sistem kelistrikan utama - seperti gardu induk, transmisi, dan pembangkit - bukan persentase rumah tangga yang sudah menyala sepenuhnya.
Namun, kritik publik tetap kuat karena banyak warga yang masih merasakan pemadaman signifikan di rumah masing-masing korban bencana.
Situasi di Lapangan: Keluhan Warga terhadap Listrik dan Logistik
Seorang relawan yang mewakili warga pengungsi menyampaikan secara emosional keluhan panjang yang mereka rasakan: kurangnya logistik, air bersih, sinyal telekomunikasi, dan listrik yang belum stabil hingga hari ini. Permintaan itu disampaikan langsung kepada Presiden dalam forum dialog dengan warga.
Tantangan Pemulihan: Infrastruktur Rusak Parah
Pemadaman listrik di Aceh tidak hanya baru terjadi akibat bencana terkini. Sebelumnya pada Oktober 2025, warga Aceh juga masih mengalami pemadaman panjang akibat gangguan jaringan, yang sempat menjadi sorotan publik sebagai salah satu pemadaman terburuk pascakonflik dan tsunami besar di wilayah tersebut.
#PrabowoKeAcehBencanaSumatera #BahlilPenipu #ListrikPadamJalanRusak
[Redaktur: Ramadhan HS]