BENGKULU.WAHANANEWS.CO, Kota Bengkulu – Insiden mobil armada Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menerobos lapangan SDN 01 Kalibaru dan menabrak 21 siswa kembali menimbulkan pertanyaan publik: apakah kelalaian sopir murni wajar terjadi, atau justru mengindikasikan faktor lain yang lebih serius?
Pakar otomotif senior pabrikan menilai bahwa kesalahan menginjak pedal, dari rem ke gas, adalah fenomena yang logis dan relatif umum terjadi. Namun di sisi lain, sejumlah faktor tambahan seperti gangguan konsentrasi, kondisi mental, kualitas pelatihan sopir, hingga dugaan sopir belum berpengalaman juga ikut menjadi sorotan.
Baca Juga:
Kepolisian Pastikan Sopir MBG Lalai dan Langgar SOP Pengantaran
1. Kesalahan Injak Pedal: Human Error yang Sering Terjadi
Ahli keselamatan berkendara menegaskan bahwa salah menginjak pedal justru merupakan salah satu bentuk human error paling sering terjadi di kendaraan matik.
“Dalam situasi panik atau ketika pengemudi tidak familiar dengan lingkungan, otak bisa salah memberi perintah. Yang seharusnya rem, malah gas,” jelas seorang pakar keselamatan berkendara.
Baca Juga:
Berikut Janji Badan Gizi Nasional Terkait Insiden Kelalaian Pengelola SPG
Kondisi seperti:
panik,
orientasi ruang yang buruk,
kurang fokus, atau
kelelahan,
bisa memicu sopir melakukan kesalahan fatal dalam hitungan detik.
Di Amerika Serikat, ribuan kecelakaan tercatat setiap tahun akibat salah injak pedal. Artinya, secara statistik, kelalaian sopir MBG bisa terjadi secara logis.
2. Sopir Baru: Risiko Kelalaian Jauh Lebih Tinggi
Pernyataan Gubernur DKI bahwa sopir MBG adalah sopir baru membuka analisis tambahan.
Sopir baru cenderung:
belum memahami karakter kendaraan,
belum hafal area distribusi,
belum punya refleks otomatis saat menghadapi situasi mendadak,
mudah panik ketika melihat kerumunan atau area sempit.
Jika sopir MBG baru bekerja beberapa hari, maka risiko human error meningkat drastis.
3. Minim Pelatihan dari Manajemen MBG?
Sejumlah pakar transportasi menilai masalah bukan semata pada sopir, tetapi pada sistem rekrutmen dan pelatihan operator kendaraan.
Untuk kendaraan operasional yang memasuki area sekolah yang dipenuhi anak-anak seharusnya ada standar seperti:
pelatihan defensive driving,
tes reaksi darurat,
pengecekan kesehatan mental,
simulasi masuk area keramaian,
SOP menurunkan kecepatan hingga <10 km/jam di halaman sekolah.
Jika semua ini tidak dilakukan, maka kesalahan bukan hanya pada sopir, tetapi juga kelalaian manajemen.
4. Apakah Mungkin Ada Gangguan Konsentrasi atau Faktor Psikologis?
Pakar psikologi lalu lintas menjelaskan bahwa gangguan psikis ringan, seperti:
stres berat,
kurang tidur,
kecemasan,
depresi ringan, atau
tekanan pekerjaan,
dapat memicu disorientasi sesaat sehingga pengemudi salah mengambil tindakan.
Tidak berarti gangguan jiwa berat, tetapi cukup membuat respons refleks menjadi kacau.
Karena itu, pemeriksaan psikologis ringan pada sopir kendaraan publik sebenarnya sangat dianjurkan.
5. Apakah Sopir Belum Terlatih atau Baru Belajar Mobil?
Kemungkinan lain yang juga sering muncul dalam investigasi kecelakaan adalah:
sopir baru belajar mobil matik,
tidak terbiasa membawa kendaraan muatan,
tidak paham momentum mobil saat membawa beban makanan,
atau hanya mengandalkan pengalaman pribadi tanpa pelatihan resmi.
Pada banyak kasus, sopir operasional hanya berbekal SIM tanpa pelatihan tambahan.
Jika benar demikian, maka risiko salah injak pedal meningkat tajam.
6. Kesimpulan Sementara: Perlu Investigasi Utuh, Tidak Cukup Menyalahkan Sopir
Dilihat dari berbagai faktor, kelalaian sopir MBG memang bisa terjadi secara logis dan sering ditemukan dalam banyak kecelakaan kendaraan matik.
Namun, insiden di SDN Kalibaru terlalu serius untuk hanya dijelaskan dengan “salah injak pedal”.
Pertanyaan utamanya:
Apakah manajemen MBG melakukan pelatihan sopir?
Apakah sopir cukup berpengalaman?
Apakah ada gangguan konsentrasi atau stres?
Apakah kendaraan dalam kondisi teknis baik?
Apakah SOP masuk area sekolah dipatuhi?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini penting untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.
#MobilMBGTabrakSiswa #AdiIrawan #YayasanDarulEsti
[Redaktur: Ramadhan HS]