Dari program itu, ia menilai pelanggan juga makin dimudahkan dengan ketersediaan listrik PLN yang stabil dan lebih murah dibanding menggunakan bahan bakar minyak (BBM) terutama untuk sektor perikanan.
"Lewat program electrifying marine ini, para pelaku usaha di sektor perikanan bisa beralih menggunakan listrik agar lebih murah dan produktif. Selain itu, listrik lebih rendah emisi dibanding BBM sehingga lebih ramah lingkungan," katanya.
Baca Juga:
Pastikan Kebutuhan Listrik Pemilu 2024, GM PLN Kunjungi KPU Sumut
PLN mencatat selama 2023, program tersebut berhasil menekan emisi CO2 (CO2e) mencapai lebih dari 119 ribu ton CO2e.
Sementara itu, Direktur Retail dan Niaga PLN Edi Srimulyanti merinci pelanggan di sektor perikanan saat ini terbanyak berasal dari Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur dengan jumlah pelanggan sebanyak 15.301 dan daya terpasang sebesar 342 MVA.
Edi menjelaskan untuk realisasi penggunaan anjungan listrik mandiri (ALMA) atau pemakaian listrik di atas 5.500 volt ampere (VA) sampai dengan 23.000 VA (1 phasa atau 3 phasa) mayoritas berada di Unit Induk Wilayah (UIW) Maluku dan Maluku Utara. Total pemakaian ALMA di wilayah tersebut mencapai 159,3 megawatt hour (MWh).
Baca Juga:
PLN Siap Penuhi Kebutuhan Listrik di Perbatasan Indonesia dan Papua Nugini
"Pada April 2023, PLN membangun tiga Stasiun Penyedia Listrik Kapal Sandar (SPLiKS) di Pelabuhan Waibalun Larantuka, Nusa Tenggara Timur untuk mendukung nelayan setempat. Kemudian pada Juli 2023, PLN membangun ALMA pertama untuk Bangka Belitung di Pelabuhan Tanjung Ru, Kabupaten Belitung," ucap Edi.
Di Pelabuhan Tanjung Ru, PLN mengoperasikan ALMA dengan daya sebesar 41,5 kilovolt ampere (KVA) yang dipasang di Dermaga Water Front.
ALMA bisa dimanfaatkan oleh para nelayan untuk memenuhi kebutuhan listrik selama kapal bersandar, khususnya untuk menghidupkan cold storage yang semula berbasis bahan bakar minyak. Keberadaan ALMA diperkirakan mampu memangkas biaya operasional nelayan hingga 60 persen.