"Langkah-langkah ini dilakukan PLN untuk bisa mengurangi emisi dari sektor pembangkitan," ujar Darmawan.
Secara rinci, PLN akan membangun 10,4 GW Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), 3,4 GW pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dan 4,7 GW pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Baca Juga:
Kenalkan Layanan REC, PLN UP3 Sumedang Optimalkan Pemanfaatan Pembangkit EBT Untuk Kurangi Emisi
Darmawan menambahkan dalam upaya pengurangan emisi, PLN telah melakukan banyak langkah advance seperti menggantikan 1,1 gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan energi terbarukan dan 800 megawatt (MW) dengan gas alam.
PLN juga melakukan co-firing atau pencampuran batu bara dengan biomassa pada 36 PLTU, yang akan terus bertambah menjadi 52 PLTU. Tidak hanya itu, PLN juga melakukan dedieselisasi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) sebanyak 1 GW.
"Kami juga sudah melakukan uji coba perdagangan karbon pertama di 26 pembangkit listrik PLN. Selain itu juga mengaktifkan konsumsi energi terbarukan melalui layanan energi hijau atau Renewable Energy Ceritificate (REC)," tambah Darmawan.
Baca Juga:
Gunakan REC PLN, Pemkab Trenggalek Jadi Inisiator Penggunaan Energi Bersih di Lingkungan Pemerintah di Jatim
Darmawan juga menjelaskan bahwa transisi energi ini tidak bisa dilakukan oleh PLN sendiri, namun juga membutuhkan kolaborasi banyak pihak.
"Ini membutuhkan investasi yang tidak sedikit dan membutuhkan kolaborasi bersama dengan global. Sebab, upaya pengurangan emisi yang kami lakukan ini berdampak langsung pada pengurangan emisi di Jepang, Eropa bahkan Amerika," pungkas Darmawan.[zbr]