Karena itu, menurut Nuh, tuduhan bahwa rapat semalam tidak legitimate tidak memiliki dasar kuat.
“Gitu ya, sah sudah nggak perlu khawatir. Masa Gus Ipul nggak legitimate. Nggak perlu dipertanyakan lagi,” tegasnya.
Kubu Gus Yahya Menolak Rapat Pleno
Baca Juga:
Prabowo Subianto Bertemu Rais Aam PBNU di Pondok Pesantren Surabaya
Sementara itu, kubu Gus Yahya tetap berpendirian bahwa rapat pleno yang menetapkan Pj Ketum PBNU tersebut tidak memenuhi syarat organisasi. Amin Said Husni mengatakan bahwa langkah tersebut justru menabrak arahan para kiai sepuh.
Menurutnya, pertemuan para kiai di Ploso dan Tebuireng sebelumnya sudah menegaskan bahwa pemakzulan Ketua Umum bertentangan dengan AD/ART.
“Rapat pleno yang diadakan oleh Rais Aam itu jelas sekali mengabaikan seruan mustasyar dan kiai sepuh di Ploso dan Tebuireng. Para kiai sepuh menegaskan bahwa pemakzulan Ketua Umum berlawanan dengan AD/ART, dan segala langkah yang bersumber dari sana juga melanggar aturan organisasi,” kata Amin.
Baca Juga:
Ia juga menegaskan bahwa rapat tersebut tidak memenuhi unsur formal sebagai pleno karena kehadiran peserta yang menurutnya terlalu sedikit.
“Yang disebut rapat pleno di Hotel Sultan tidak memiliki legitimasi apa pun karena yang hadir hanya seperempat saja dari anggota pleno. Karena itu, mayoritas anggota menolak. Sebagian besar anggota pleno PBNU tetap taat pada arahan kiai sepuh di Ploso dan Tebuireng,” ujarnya.
Polemik internal PBNU ini diperkirakan masih akan berlanjut, mengingat kedua kubu sama-sama mengklaim memiliki dasar konstitusional yang kuat. Hingga kini, posisi Pj Ketum PBNU yang ditetapkan dalam pleno tersebut menjadi titik perselisihan utama.